5 Tips Mendesain Kemasan Produk

Anton Dwinanto pelatih terkemuka asal Rumah Kemasan Bandung mengatakan kemasan yang benar adalah yang memberikan informasi yang benar tentang produk yang akan dipasarkan untuk membangun kepercayaan konsumen. “Ini karena pada umumnya konsumen akan memilih produk yang dipercayainya” jelas Dwinanto. Desain kemasan produk merupakan salah satu bagian terpenting untuk memberi kesan kepada konsumen. 
Tidak diragukan lagi, desain kemasan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah produk di pasaran. Bila kemasan produk yang digunakan cukup menarik di mata konsumen, maka konsumen tak akan sungkan melirik produk tersebut serta memutuskan untuk membelinya atau bahkan berlangganan. Begitu pun sebaliknya, bila desain kemasan produk tidak sesuai selera segmen pasar yang dibidik, hal itu justru bisa menghilangkan selera konsumen sehingga jangankan si konsumen tertarik membelinya, melihatnya saja tak sudi. 
Tips-tips yang dapat digunakan untuk mendesain kemasan produk adalah dengan menentukan terlebih dahulu jenis konsumen yang dibidik, buatlah kemasan anda berbeda dari kemasan produk serupa, perhatikan ketersediaan bahan baku kemasan, gunakan kombinasi warna yang menarik dan yang terakhir tetap memperhatikan keamanan produk dalam kemasan. Berikut kami rangkum penjelasannya.
1. Tentukan jenis konsumen
Apabila menghasilkan suatu produk tentu anda sudah dapat membayangkan karakter dan selera segmen pasar seperti apa yang dibidik. Bahkan seringkali konsumen baru menjatuhkan pilihan pada produk hanya karena melihat kemasan yang menarik dan memikat. Konsumen tersebut beranggapan bahwasannya kualitas desain kemasan yang menarik merepresentasikan kualitas produk tersebut. 
Kalau suatu kemasan didesain secara elegan, kesan pertama yang ditangkap konsumen adalah bahwa produk tersebut bersifat elegan dan high-class quality. Kalau desain kemasan tersebut memberikan kesan higienis, maka dapat dipastikan produk tersebut terjaga higienitasnya. Tapi sebaliknya, kalau kemasan suatu produk asal-asalan, maka kesan yang akan ditangkap oleh konsumen adalah bahwa produk tersebut dibuat dengan asal-asalan juga.
Maka segmentasi pasar mengharuskan sang penjual produk untuk menyesuaikan kemasannya dengan selera pasar. Kemasan produk anak-anak, wanita, pria dewasa dan remaja tentulah berbeda satu sama lain. Kemasan untuk produk anak-anak misalnya, harus memenuhi unsur-unsur yang dapat menarik animo anak-anak untuk membelinya. Begitupun kemasan yang diperuntukkan bagi remaja, wanita dan juga segmen pasar lainnya.
2. Jangan seragam dengan yang lain

Dalam budaya Arab ada pepatah “Berbedalah, maka kamu akan diketahui.” Pepatah tersebut mengatakan bahwa apabila kita ingin diketahui oleh khalayak pasar yang kita bidik, maka buatlah kesan yang berbeda dari produk lain agar publik mudah menghafal.
Selain itu, kemasan yang berbeda sekaligus bisa turut menguatkan branding sebuah produk. Meskipun desain kemasan selalu berevolusi sesuai zaman, namun ada unsur-unsur yang bersifat tetap dan tidak berubah, yaitu kecirikhasan desainnya. Sekalipun akhirnya ia berubah, perubahan itu tidak dalam waktu yang singkat, tapi melalui proses gradual. Desain yang mempertahankan kecirikhasan inilah yang membuat branding-nya tetap kuat di pasaran. Sehingga saat pembeli berbelanja di pasar swalayan untuk mencari produk yang ternyata baru berganti desain kemasan, si pembeli tidak lantas merasa ragu. Justru ia tetap yakin kalau yang ia beli adalah produk yang sama seperti biasa ia beli sebelumnya.
Bahkan kemasan produk yang memiliki ruang lingkup global pun punya karakter serupa. Meski desain produk di setiap negara berbeda-beda menyesuaikan selera negaranya, namun ada karakter yang membuat kita langsung tahu kalau itu adalah produk yang sama. Contoh yang paling mudah yang bisa kita lihat desain kemasannya adalah Pepsi dan Coca-Cola. Pepsi bisa kita lihat dari logo merah-putih-biru bundarnya, adapun Coca-Cola bisa kita lihat dari desain logotype-nya. Bahkan untuk di Indonesia sekalipun, variasi desainnya sangat beragam. Di Indonesia saja, brand seperti Coca-Cola selalu mengeluarkan desain kemasan khusus bertema natal dan lebaran atau hari-hari besar lainnya. Sesuatu yang terkadang malah menjadi koleksi para pecinta produk Coca-Cola.
3. Perhatikan ketersediaan kemasan
Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan. Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan keamanan lebih daripada kemasan produk non pangan. Apa saja jenis kemasan plastic yang termasuk kemasan produk pangan?
a) PET (Poly Ethylene Theraphalate): berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara.
b) Nylon: Gabungan dari PET dan OPP, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara dan kelembaban.
c) OPP (Oriented Poly Propylene): berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap kelembaban.
d) PVC (Poly Vinyl Citrid): mengeluarkan gas beracun bila terkena panas, sehingga penggunaannya untuk poduk pangan hanya diijinkan untuk kemasan luar saja.
e)  PO (Poly Olyvin): fungsinya hanya untuk tampilan keindahan pada kemasan. Warnanya yang bening dan sangat transparan, menghasilkan efek kilap pada kemasan.
f)  PE (Poly Ethylene): fungsinya dalam dunia kemasan terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat.
g)  PP (Poly Propylene): fungsinya dalam dunia kemasan sering dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya, sebagai seal layer, maupun sebagai kemasan yang berdiri sendiri.
4. Gunakan kombinasi warna yang menarik
Pada tahun 1930-an, seorang ahli psikologi pemasaran, Louis Cheskin memperhatikan faktor psikologi dalam desain kemasan. Cheskin mulai mempelajari respons emosional konsumen terhadap kemasan dengan melakukan eksperimen. Dalam penelitiannya, dia menempatkan dua produk yang sama dalam dua kemasan yang berbeda. Satu kemasan berbentuk lingkaran dan kemasan lainnya berbentuk segitiga. Partisipan dalam eksperimen itu diminta untuk memilih produk mana yang paling disukai berikut alasannya. 
Mereka tidak ditanya sama sekali soal kemasan. Juga, tidak diminta untuk mengatakan sesuatu apapun tentang kemasan tersebut. Hasilnya? 80 persen partisipan memilih produk yang dikemas berbentuk lingkaran. Cheskin kemudian mengulanginya dengan meletakkan produk lainnya dalam kemasan yang sama dan hasilnya pun tetap sama. 
Dari situ, Cheskin berkesimpulan, desain kemasan suatu produk memberikan pengaruh pada kesan seseorang terhadap isi yang terkandung dalam kemasan tersebut. Ini dia sebut sebagai ‘sensation transference’. Sensation transference ini bisa dicapai melalui suatu desain kemasan secara menyeluruh dari suatu produk. Desain menyeluruh ini terdiri atas lima unsur, yakni bentuk, ukuran, warna, grafis, dan bahan. Sejak saat itu, orang percaya akan besarnya peranan dari pengemasan. 
Ternyata sebagian besar produk yang dibeli konsumen di toko bukanlah dihasilkan proses pertimbangan yang hati-hati atau analisis yang mendalam. Konsumen seringkali tidak merasa perlu untuk membaca atau melihat secara lebih dekat kemasan dari suatu produk. Yang memegang peranan penting dalam proses pembelian saat itu adalah persepsi yang dibangkitkan oleh warna atau bentuk kemasan. Jadi, warna dan bentuk kemasan produk hanya stimulus untuk me-retrieve ulang memori kualitas dari suatu produk. Dan bukan menjadi sesuatu yang dipertimbangkan.
5. Tetap perhatikan keamanan produk dalam kemasan
Produk-produk UKM di pasaran saat ini, baik produk kerajinan, sandang, logam, atau pangan dan produk lainnya, sudah menunjukkan banyak kemajuan. Banyak yang sudah menampilkan kaidah kemasan, tidak terbatas pada kemasan sebagai pembungkus dan pelindung produk saja, tapi sudah diser tai dengan keindahan kemasannya. Tapi bagaimana dengan industri kecil pangan skala rumah tangga, yang tidak punya dana untuk membuat kemasan? Jelas itu akan menjadi problem besar bagi mereka. 
Apalagi, sekarang mulai masuk produk pangan dari negara tetangga dengan kemasan bagus membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang relatif sama dengan produk UKM pangan Indonesia. Untuk mengantisipasi hal itu, Departemen Perindustrian dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah mendirikan Klinik Kemasan dan Merk yang siap membantu masalah kemasan produk kepada pengusaha industri kecil dan menengah (PIKM). Misalnya membantu mendesain produk milik PIKM agar tampak lebih menarik. 
Walaupun peran Perindustrian masih terbatas pada bantuan informasi, serta konsultasi untuk kemasan produk, dirasa sudah cukup membantu bagi PIKM yang tidak punya dana. Jadi ajakan Indra Gunadharma dalam meningkatkan ide desain kemasan melalui forum komunikasi antar produsen dengan pembeli di kota, daerah dan luar negeri, serta melalui kerjasama dengan praktisi periklanan, kemasan, marketing, percetakan, juga mahasiswa desain, perlu disupport. Dengan demikian keamanan produk dalam kemasan dapat tetap terjaga. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *